ternyata ini bukan soal siapa lebih dulu mengenal siapa.
dulu, ketika ada seseorang baru yang dateng ke kehidupan orang yang aku sayangin (konteksnya bebas sih, ke bestfriend atau best of the best friend, atau pasangan) dan orang yang aku sayangin ini lebih deket sama orang baru itu, kadang aku ga terima, aku cemburu, aku protes "aku lebih dulu kenal dia, dan kami saling menyayangi! kenapa sih kamu dateng!? kamu tuh ga berhak!"
trus baper, nethink (kita salah apa ya, ko dia lebih nyaman sama doi dll.)
keadaan ini juga pernah divisualisasikan di kartun “kiko" episode teman selamanya
realita nunjukin bahwa akupun adalah orang baru bagi dia.
kalau aku ketemu dia saat kuliah, artinya sebelum kenal aku, dia lebih dulu kenal temen temen kuliahnya, dia lebih dulu kenal temen temen SMAnya, dia lebih dulu kenal temen temen SMP, SD bahkan TKnya, bahkan sebelum itu, dia "milik" keluarganya, mama -papa-kakak dan adiknya.
selalu ada yang lebih dulu, dan lama kelamaan aku sadar, ternyata aku engga sayang sama dia, aku cuma sayang sama diri aku sendiri.
ketika sama pasangan, aku berharap aku adalah the one and only, I put myself, I put my happiness into him. nyatanya yaa siapapun ga berhak atas dia kecuali sang Maha Pencipanya dia. gitu kan harusnya? (ya walaupun gatau pasangannya siapa, tapi kita coba memnggambarkan ya)
kadang, kita terlalu percaya diri. kita menganggap yang ada pada kita sekarang tuh punya kita, padahal kalau kita mikirnya segala sesuatu yang ada pada kita “punya kita" kita akan sangat kecewa kan ketika sesuatu itu pergi atau diambil? iya ga sih?
hei, kehidupan tuh fana kali, udah deh.. berhenti naruh 100% harapan ke dunia, kalau ngeyel ya gapapa, paling kecewa.
"aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia"
(Ali bin Abi Thalib).